Pages

Sunday, 10 April 2011

Perjalanan Singkat Ke Bogor

Rabu, 23 Maret 2011, setelah kuliah Kawasan Amerika pukul 3 sore, teman saya yang bernama Lesly alias Gista alias Lele alias Sulay (silahkan ingin panggil yang mana hahaa) ingin pergi ke Bogor untuk mengambil barang yg ketinggalan di rumahnya di Bogor. Dan dengan spontan (uhuy) saya mengajukan diri untuk menemaninya ke Bogor, tanpa pikir panjang, ahhh entah apa yang ada dibenak saya saat itu, pokoknya tancap gas langsung ke stasiun Cawang.

Setibanya di stasiun ternyata kereta ekonomi AC ke Bogor adanya jam 6 sore sedangkan ekonomi biasa adanya jam 4.30 sore. Wow mau sampe jam berapa kalau menunggu yang ekonomi AC sedangkan kita tidak menginap tapi balik lagi ke Jakarta. Akhirnya kita putuskan untuk beli tiket ekonomi AC yang menuju Depok dan berpikir bahwa di sana kita bisa naik bus menuju Bogor. Namun setelah bertanya ke salah satu penjaga gerbong kereta yang wow seorang perempuan karena kita berada di gerbong khusus perempuan (ya iyalah), lebih baik kita turun di Depok Lama dan lanjut naik kereta ekonomi biasa menuju Bogor. Ya kita kan tidak mau durhaka terhadap sesama perempuan maka kita ikuti saja saran penjaga itu.

Dengan berat hati kita turun dari kereta AC yang nyaman itu dan berganti ke kereta ekonomi yang agak panas dan ramai berdesak-desakan. Hahaaa si Lele memberi wanti-wanti (haha apa itu wanti2) kalau ada yang berani macam-macam dengan kita akan kita cubit sekecil-kecilnya supaya sensasinya sebesar-besarnya (maksudnya sakit sekali). Hmm lumayan lah menambah pengetahuan membela diri terhadap orang-orang iseng yang kurang ajar dan kurang kerjaan itu.

Ternyata berdesak-desak dan panas-panasan ria di kereta membawa hikmah juga yaitu bertemu dengan 2 cowok Jepang yang salah satunya lumayan (tampangnya), kita dan mereka sempat kontak mata sesaat hihihii, mereka menuju gerbong depan. Kita memanggil mereka "hai hai" (kalau orang Jepang bilang 'iya'). Karena iseng maka kita memutuskan untuk mengikuti mereka menuju gerbong depan (sangat kurang kerjaan), sedikit aneh memang mengikuti orang tak dikenal tapi kita penasaran dengan mereka (sungguh iseng). Kita melewati 2 gerbong tapi belum melihat penampakan si "hai hai", aduh kemana sebenarnya mereka ya. Ketika kita berhenti di salah satu stasiun, saya melihat mereka berlari dari luar gerbong ke gerbong belakang tempat kita tadi berpapasan dan masuk lagi ke gerbong, like looking for someone. Si Lele berspekulasi bahwa sebenarnya "hai hai" mencari kita. Spekulasi yang labil, jangan dipercaya karena nanti musyrik haha. *tarik nafas. Hilang sudah pemandangan menarik di kereta penuh peluh. Goodbye "hai hai" :(

Akhirnya sampai juga di stasiun Bogor dan kita langsung ke Dramaga, daerah tempat tinggal Lele. Wow harus 2 kali naik angkot ya dan sangat banyak angkot di sana, agak menyebalkan karena angkot itu harus ngetem (mangkal) dulu sedangkan kita berpacu dengan waktu. Sebelum ke rumah Lele, kita ke jalanan masuk kampus dalam dahulu yang disepanjang jalan banyak sekali pedagang yang jualan berbagai macam makanan, dan barang2. Ohh ternyata ini salah satu alasan Lele rela-relain ke Bogor, sambil menyelam minum air, sambil ngambil barang sekalian cuci mulut dan beli DVD Korea Dream High. Kita beli banyak makanan, nafsu menggebu melihat makanan hahhaa. Yang maknyus sekali yaitu makanan sejenis risol gepeng dengan berbagai macam isi seperti daging asap, sosis, soghurt (bener gak ya sejenis risol, pokoknya enak sekali).

Lalu kita menuju rumah Lele dan ternyata masuknya cukup melelahkan dan menakutkan karena gelap dan banyak suara-suara jangkrik yang sebenarnya meramaikan gerak langkah kita. Akhirnya sampai juga, langsung ambil stapol dan nyari-nyari parfum yang ternyata sekecil botol minyak angin dan bisa dikantongin. Lalu, kita naik ojek menuju depan kompleks dan naik angkot menuju stasiun. Hu hu hu waktu telah menunjukkan pukul 7.30 malam sedangkan kereta ke Jakarta yang terakhir pukul 8 malam. Ayo, bang supir dipercepat laju mobilnya, kalau tidak kita akan terlantar di Bogor tidak bisa pulang. Tuhan masih menyayangi kita, kita tiba tepat pada waktunya. Keretanya lagi ngetem menunggu penumpang. Dan kita berhasil mendaratkan pantat kita di kursi penumpang. Alhamdulillah.

Kita selamat sampai di rumah masing-masing. Terima kasih Tuhan dan Goodbye kereta ekonomi, "hai hai", risol gepeng, angkot bejibun, dan Bogor. Semoga kita berjumpa kembali.

Kisah yang Tak Pernah Dimulai

Hai, apa kabar? Lama tak jumpa
Rupanya kau t'lah dewasa sekarang
Kau lebih bijaksana, lebih ikhlas dan sabar
Kau t'lah bahagia dengan hidupmu saat ini
Cintakah yang menjadikanmu begitu
Sudah kau temukan pengisi hatimu rupanya
yang kehadirannya selalu kau tunggu dari dahulu

Aku turut bahagia mengetahuinya
tapi....darahku berhenti mengalir
pikiranku hilang seketika, kosong
hatiku tergores belati, cukup perih ku rasa

Rupanya pertemuan ini tak seharusnya terjadi
Sepertinya ku berada di tempat dan waktu yang salah
Tak seharusnya perasaan ini tumbuh dan terus berkembang
Harusnya ku bunuh ketika baru tumbuh
Harusnya tak ku hiraukan kehadiranmu
Ya, semua ini kebodohanku sendiri
Dan pada akhirnya,
kisah ini berakhir, kisah yang sesungguhnya tak berani ku mulai

Selamat tinggal, semoga kau bahagia selalu!

Seribu Kali

kau tahu bahwa ku tak mudah percaya
 butuh seribu kali pernyataan tuk buat ku percaya

kau tahu bahwa tak kan ada orang lain selain dirimu
 yang dapat membuatku terdiam dan termenung
 butuh seribu kali bertemu agar perasaan ini dapat dikendalikan

kau tahu bahwa senyum ini hanya untukmu
 butuh seribu kali senyum darimu tuk buatku tersenyum selamanya

kau tahu bahwa hanya dirimu yang buatku lemah tak berdaya
 butuh seribu kali dorongan dan motivasi tuk membuatku kuat dan tegar
tapi amat disayangkan, seribu kali harapanku, tak ada satupun yang kau lakukan


*koleksi lama, sungguh melankolis, sangat bukan saya hahaa

Ini bukan tentang hidupmu tapi hidup kita!

Berhenti hanya memikirkan hidupmu
Lupakan sedikit keegoisan perilakumu
Lupakan kesedihan yang kau alami,
tolong jangan ratapi itu terus-menerus
hidupmu lebih berharga dari itu
Lupakan kegelisahanmu,
semua itu kan berakhir perlahan
Bagikan kegembiraanmu,
tolong jangan kau simpan sendiri
Berhenti bicara mimpi-mimpimu tentang dunia luar
dan perjalanan ke negeri seberang
kau agungkan negeri mereka
tentang keindahan pemandangannya
tentang kemegahan bangunannya
tentang sejarah monarkinya
tentang kekuatan militer dan ekonominya
dan tentang keunikan budayanya
Berhentilah bicara peristiwa di negara lain,
hilangkan sejenak pemikiran tentang mereka

Mulai sekarang
Bicaralah tentang hidup kita, hidup bangsa kita tepatnya
tentang hidup orang di sekitar kita
tentang penderitaan dan perjuangan mereka mengais setitik asa
tentang keteguhan hati mereka pada keyakinan akan Tuhan beserta agamanya
walau bisikan tuk mengkhianati Tuhan mereka begitu besar

Bicaralah tentang perubahan
Temukan jalan keluar mereduksi kesenjangan sosial
Penyebaran pembangunan kan membuat negeri ini lebih sejahtera
Lupakan sedikit tentang sektor spekulasi
alihkan wajah pada sektor informal,
mereka yang membuat jantung bangsa ini tetap berdenyut
Lupakan bantuan dari bangsa lain
yang sesungguhnya tambah memperkeruh,
kembangkan kemampuan usaha kecil dan menengah
Tegakkan badan hukum yang sudah lama dipenuhi tipu muslihat,
dipenuhi penjahat kerah putih yang berlagak santun
namun sesugguhnya membunuh secara perlahan
Kembalikan dewan perwakilan rakyat sesuai fungsi dasarnya,
ajarkan iman dan moral kepada anggota dewan terhormat,
jangan hanya bisa berhias dengan uang rakyat
Aktif mengkritik pemerintah, bukan berarti mencaci dan memaki
kritik tuk menyadarkan bahwa pemerintah telah salah langkah

Mari bicara tentang keindahan,
dari Sabang sampai Merauke
kita dapat merasakan surga dunia
keindahan dan keunikan terpancar di setiap sudut kota
Belitong, Mentawai, Karimun Jawa, dan Ujung Genteng di bagian Barat
Wakatobi, Bali, dan Senggigi di bagian Tengah
Raja Ampat di pesisir Timur,
semua itu bukan hanya indah karena pantainya
tapi juga karena budaya masyarakat di sana
masih banyak keindahan selain di pantai,
masih ada bukit, gunung, danau, 
bangunan peninggalan sejarah dan lainnya

Sungguh, bangsa ini membutuhkan perhatian
bukan sekadar perhatian biasa namun perhatian penuh kasih sayang
Rawatlah bangsa yang sedang sekarat ini, kawan!
Ini hidup kita!

Seperti Szpilman dan Rush!

Banyak hal yang ingin ku ungkapkan
Ingin berbagi perasaan gelisah yang tak kunjung hilang ini
Namun ku tak dapat berkata,
bertatap muka dengan orang lain tuk mengungkapkan hal tersebut
Ya, begitu malunya diri ini tuk bercerita, katakan saja aku ini introvert
Tak terbiasa bersikap seperti kebanyakan temanku yang begitu eksplosif
Ketika mereka merasakan sesuatu, tak pikir panjang langsung bercerita
Bahkan terkadang cara mengungkapkannya terlalu berlebihan bagiku
Ya, mungkin hanya bagiku, itu terlihat berlebihan

Biarkan ku tak seperti mereka, biarkan ku tak seperti orang kebanyakan
Biarkan aku menjadi diriku
Mereka tak dapat mempengaruhiku
atau pun mengintimidasiku dengan perilakunya
karena akulah yang menjalaninya, tak perlulah mereka ikut serta
Ya, katakan saja aku ini egois, tak paham maksud orang lain
Tak mau diberi nasihat yang baik
bahwa mencurahkan perasaan yang mengganggu itu baik untuk kejiwaan
Ya, kejiwaan, aku ini memang telah sakit jiwanya

Tapi kali ini aku ingin membela diri
Jiwaku memang telah sakit namun hatiku sepenuhnya sehat
Ku merasakan cinta yang mungkin tak pernah dirasakan orang lain
Kau tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang tanpa alasan
Tak tahu sisi mana dari dirinya yang kau sukai
Tak tahu kelebihan apa yang ia miliki hingga dapat menarikmu
Kau bahkan tak dapat berkata satu katapun yang mendeksipsikan dirinya
Namun kau masih saja membenarkan perasaanmu
Bahwa kau menyukainya, dia yang bahkan pergi tak meninggalkan jejak sedikitpun
Ya, jika kau katakan ini tak masuk akal
dan tak mungkin jika hatimu sehat sedangkan jiwamu sakit,
pasti kau katakan aku ini tlah gila
Aku terima perkataanmu
Bukankan kita semua memang telah gila dengan urusan kita masing-masing
Dengan obsesi akan kebahagiaan yang kita cari di istana-istana penuh harta
Yang seharusnya kita cari di lubuk hati terdalam

Jika kau mengungkapkan perasaanmu dengan bercerita kepada orang lain
Aku pun mempunyai caraku sendiri yaitu menulis
Ku tuliskan semua perasaanku di atas keyboard  komputerku
hingga jari-jariku membiru tragis
Seperti Szpilman yang memainkan tuts piano kesayangannya dengan lincahnya
Walau pemusnahan atas keluarga dan kaumnya begitu menyakitkan hati dan jiwanya
Namun keahlian dan ketulusannya memainkan nada-nada musik
yang menyelamatkan jiwa raganya dari kejamnya pemikiran manusia
Atau seperti August Rush yang menumpahkan seluruh kerinduan akan sosok seorang ibu
dengan memetik senar gitar yang menjadi teman hidupnya,
yang mempertemukannya dengan ibu yang selama ini ia rindukan

Kau Terjebak!

warna kulitmu putih, aku coklat
rambutmu lurus, aku bergelombang
postur tubuhmu tinggi, aku rendah
matamu indah, aku sayu
kekayaanmu melimpah, aku tak banyak
darahmu biru, aku rakyat jelata
tapi apakah dengan begitu kau berhak mengacuhkanku?
apakah kau berhak membelakangiku?
apakah kau berhak menghinaku?
tak satupun yang berhak kau lakukan
kau hanya manusia yang terjebak dalam kedangkalan pemikiran

Rasakan!

Hidupmu hancur,
Rasakan!
Hidupmu sia-sia,
Rasakan!
Hidupmu hanya sakit yang kau rasa,
Rasakan!
Kau kehilangan segala yang berarti dalam hidupmu,
Rasakan!
Kau terjerembap dalam kubangan masalah,
Rasakan!

Sekarang kau tiba-tiba muncul
dan datang padaku
tapi ku tak acuh pada semua curahan penderitaanmu
oleh karena itu, kau katakan aku tak punya perasaan
karena hanya berkata 'Rasakan!', tanpa ada empati
Lalu, ku bertanya padamu tentang hal yang lampau
ketika kau tak hiraukan pendapatku dan campakkan aku
dan kau berkata, 'Ini hidupku, jangan kau ikut campur!'
Masih ingatkah kau? Apa yang kau rasa saat berkata itu?
Tak merasa tak berperasaankah kau?

Baiklah, tak perlu diingat lagi masa itu
Sekarang, pergilah yang jauh dari hidupku
dan maaf atas sifatku yang buruk ini